Kamis, 15 Desember 2011

Setujukah jika kita perlu mempersiapkan Masa Depan..??
Masihkah kita memerlukan biaya hidup di Masa Tua..??
          Kalau Setuju, Sudahkah Mulai Berinvestasi untuk Masa Pensiun??

Mari Menabung dan Berinvestasi!!
                    Bersama 
"Tabungan Pensiun TAKAFUL"
 Konsultasi :

Hub : Marhamah (HP: 081288709153)

Rabu, 07 Desember 2011

Apakah biaya pendidikan makin mahal?
Apakah butuh biaya besar untuk sekolah atau kuliah?

Temukan SOLUSINYA !!!
dengan Asuransi Pendidikan Takaful Cendekia ((Satu-satunya murni syari'ah terbaik, dan Aman)) Hubungi Marhamah 081288709153


Selasa, 31 Mei 2011

Aku Tukang Semir Bukan anak Ngeyel Bang

Aku Tukang Semir bukan anak Ngeyel Bang

Tut…Tut…Kereta Ekonomi Serpong-Tanah Abang terus melaju dengan cepat.Tapi lebih cepat loncatan-loncatan elektron di neuron otakku. Yang jelas banyak hal yang aku pikirkan termasuk hari ini aku harus ke RSCM,Sebuah Rumah Sakit yang terbesar di Jakarta.  Laju kereta ini juga tak kalah cepat dengan beredarnya koloid polusi yang pengap, bau dan berdebu. Beginilah KRL Ekonomi pasti lain penampakannya dengan kereta Express dong…bayarnya aja beda.  Di kereta ini seperti biasanya di jejali penumpang yang berdesakan,pengamen,tukang sapu dan penjual kereta persis seperti pasar terapung di kalimantan bedanya pasar ini merayap bagai kaki seribu yang dipercepat mesin.
Tak heran jika kita amati apa yang terjadi di sekitar kita, pasti kan merasakan bagai nonton sinetron gratis.  Seperti pagi ini disampingku ada seorang om separuh baya menerima penawaran bocah situkang semir.  Dengan lugu si bocah tanpa malu dan ragu segera minta si Om mengganti sepatunya dengan sandal yang dia bawa. Satu atau dua kali bocah yang tampang lusuh ini mengoleskan semir di sepatu si Om.  Satu menit sikatnya bergoyang kanan kiri, tapi baru 2 menit ketenangannnya menyemir mulai terganngu.  Pasti tidaklah di sangka ternyata banyak mata yang mengawasi bagaimana pekerjaannya. Mata - mata meremehkan mulai terlihat dari 2 Ibu disamping kiri dan si Abang di samping kanan si Om mulai membuka mulut mengomentarinya.
” He..kalau kerja jangan males, yang bener nyemirnya..,nyemir sikatnya gak beraturan gitu!!” si Abang menyeloteh.
“Aku gak males” Si bocah mencoba membela diri.
“Iya tuh sepatu hitam masya jadi coklat begitu, ganti semirnya dengan yang hitam” Si Ibu-Ibu menambahi komen.
“Iya Bu, kerjanya suka begitu, Males! saya pernah nyemir, eh malah jadi gak bener, mending tak kasih aja 2 ribu daripada sepatu jadi korban”Si Abang masih berdalil
“Iya…!!..ini juga lagi disemir,Wek..Wek..”Si Anak dengan nada tidak terima menyela, sambil memancungkan mulutnya ke depan membantah si Abang.
“Ehhh dibilangin ngeyel…,Anak kayak gini yang salah sebenernya orang tuanya..masih kecil suruh nyari duit gak diajarin dulu yang bener..”Si Abang makin jauh berkomentar, Ibu di sampingnya pun tersenyum sinis sedang si Om tersenyum tipis sambil berkata “Ayo diselesain dan di rapiin”
“iya Om tapi saya harus turun di kebayoran..”si Anak mulai mengiba agar si Om membayar jasanya segera.
“Ehhh ya kalau masih  begini hasilnya, harus nyampai tanah abang sampai semirnya rapih” si Abang membantah.
dengan kesal si Bocah mengoleskan sikatnya ke si Abang yang telah mengganggunya, sambil memanyunkan mulutnya”wek hihi hi…”
Dari sepengagl cerita di pasar merayap pagi itu sebenarnya banyak yang bisa dikaji bagaimana kita dan lingkungan harus mendidik anak secara baik. Lihatlah seandainya si Ibu dan si Abang mau bersabar menerima hasil pekerjaannyadan memujinya, InsyaAlloh si Bocah yang masih kecil itu akan berterimakasih dan menghargainya. Bukankah kita lebih beruntung, ketika kita kecil dulu, tidak sampai menjadi tukang semir untuk mengisi perut.  Terlepas dari salah orang tua atau lingkungan yang membentuknya, si tukang semir ini telah berjuang mencari nafkah dan tidak sekedar meminta-minta. Jika kita menerapkan cara mengkritik dengan baik, tentu Anak tadi tak akan ngeyel dan bisa lebih sopan.